Sabtu, 12 Mei 2012

Inilah Hidupku

Inilah posting pertama saya di blog ini. Postingan ini ditulis pada jam pertama blog ini terdaftar di dunia maya. Karena "dadakan", ide dan konstuksi tulisannyapun seadanya.Walaupun ditulis dalam waktu yang relatif singkat, saya berharap tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

 Dalam satu dasawarsa ini dunia pendidikan Indonesia mendapatkan tempat di hati bangsa Indonesia. Pada era sebelumnya dunia pendidikan hanya dipandang sebelah mata. Anggaran yang diposkan pemerintah untuk pendidikan jauh dari cukup memenuhi kebutuhan pokok pendidikan. Sejak disahkannya Tap MPR yang mengatur tentang Alokasi minimal 20% untuk pendidikan dari anggaran belanja pemerintah, bangsa Indonesia kemudian tersadarkan akan pentingnya pendidikan.

Memilih masuk fakultas pendidikan pada perguruan tinggi bukan lagi menjadi pilihan terakhir calon mahasiswa. Mereka dan para orang tua sejak pertama menetapkan fakultas pendidikan sebagai pilihan utama. Dan merekapun berbondong-bondong belajar bagaimana menjadi pendidik yang baik.

2003 menjadi tahun yang bersejarah bagi dunia pendidikan Indonesia. Sejak saat itu sekolah tidak perlu mencari tenaga yang bisa membantu mengajar di kelas-kelas yang kekosongan guru. Karena sekolah kebanjiran permohonan menjadi tenaga guru sukarelawan. Bahkan sekolah harus tega menolak permohonan tersebut karena tidak ada lagi jam kosong.

Penigkatan kuantitas pendidik itu tidak langsung meningkatkan kualitas pendidikan. Karena mutu pendidikan juga dipengaruhi oleh komitmen dari pendidik untuk menjadi pendidik yang baik yaitu pendidik yang bertanggung jawab. Pendidik yang punya niat untuk melaksanakan tugasnya dengan kesadaran bahwa tugasnya akan memberikan pengaruh pada anak didiknya juga pada bangsa. Dengan kesadaran seperti itu, pendidik akan berusaha dengan maksimal untuk memberikan yang terbaik.

Pendidik yang baik menjadikan aktifitas mendidik sebagai pilihan bukan memandang sebagai kecelakaan. Dia memilihnya karena panggilan nuraninya bukan karena keterpaksaan setelah gagal menjadi apa yang dia inginkan. Jika keterpaksaan yang mendorongnya menjadi pendidik, maka tidak ada kebanggaan untuk menyebut dirinya sebagai seorang guru.

Kebanggaan yang timbul karena dirinya seorang guru, akan menjadikan pendidik bahagia. Rasa bahagia juga mendorongnya untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan, karena pendidikan adalah pilihannya. Pendidikan adalah hidupnya dan memberikan kebahagiaan hidup.